H W Musyafirin Ingin Lestarikan Tradisi “Bubur Suro” Setiap Peringatan Tahun Baru Islam

Jereweh, KOBARKSB.com – Pada setiap peringatan tahun baru Islam, atau lebih tepatnya pada setiap tanggal 10 Muharram, ada tradisi unik yang dimiliki masyarakat Islam di Pulau Sumbawa, yaitu sajian kuliner bubur suro. Bubur ini terbuat dari beras, santan, jahe, sereh dan garam. Tak cuma itu, bubur suro juga disajikan dengan kacang-kacangan, diantaranya; kacang kedelai, kacang tanah, dan sebagainya.

Tidak cuma sebagai santapan di tanggal 10 Muharram, bubur ini juga memiliki makna dan doa. Bubur ini merupakan wujud syukur masyarakat atas segala nikmat, dan keselamatan yang telah diberikan Allah SWT. Popularitas Hari Asyura sebagai hari yang istimewa, tidak hanya bisa kita lihat dari anjuran-anjuran ibadah yang terdapat di dalamnya. Di kalangan masyarakat Islam di Sumbawa, Hari Asyura juga memiliki tempat yang spesial. Banyak sekali adat, kebiasaan, dan tradisi yang diselenggarakan untuk menyambut, dan merayakan kehadiran hari penting tersebut.

Pada acara Tabligh Akbar dan Festival Me Suro, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Goa, Kecamatan Jereweh, Sabtu, (28/8), Bupati Sumbawa Barat, Dr Ir H W Musyafirin MM, berharap agar tradisi baik selama bulan Muharram di tengah masyarakat dapat terus dilestarikan oleh Pemerintah Desa setempat. 

“Tradisi unik yang selama ini terjadi setiap perayaan tahun baru Islam di masyarakat kita perlu untuk terus kita lestarikan. Diantaranya, Melala minyak Muharram, Bubur Suro, dan lain-lain. Dan peran Pemerintah Desa untuk itu sangat diperlukan, dan begitu berarti,” kata H W Musyafirin.

Disamping itu, konsep hijrah yang menjadi spirit peringatan tahun baru Hijriah, perlu betul-betul dimaknai dengan baik, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana agar masyarakat bisa berhijrah dari akhlak yang sebelumnya tidak baik, berubah menjadi akhlak yang baik. Adab dan akhlak adalah hal yang terpenting harus dijaga dan diperbaiki. 

Dari sisi pemahaman syariat, sambung Bupati, masyarakat harus dapat menjadikan ajang silaturrahmi sebagai wadah untuk saling memperbaiki, dan saling belajar. Semua ilmu yang didapat harus dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. 

“Bagaimana agar ilmu yang kita miliki bisa membuat kita berubah. Menghindari perbuatan yang tidak baik. Seperti; Menghina, mengumpat, memfitnah, dan sejenisnya. Karena semua itu semua dapat memicu terjadinya kekerasan dan premanisme di tengah masyarakat. Kita harapkan kedepannya, dengan adab dan akhlak yang mulia, kita wujudkan KSB yang lebih baik,” tutup Bupati KSB. (klar)

About The Author

KOBARKSB.com

See author's posts

Trending di KOBARKSB.com