“Para Petani Madu Studi Banding Ke Desa Batudulang”
Brang Ene, KOBAR – Semenjak Kementerian Desa PDTT RI memilih Desa Mataiyang sebagai Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal (PIID-PEL), di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Pemerintah Desa Mataiyang bersama Tim PIID-PEL, terus bergerak untuk mewujudkan Desa Mataiyang sebagai penghasil madu hutan terbaik. Diantaranya, sejumlah petani madu berangkat studi banding ke Desa Batudulang, Kecamatan Batu Lanteh, Kabupaten Sumbawa.
Kenapa ke Batudulang?. Karena kualitas madu hutan di Desa Batudulang sudah tidak diragukan lagi. Proses produksinya yang higienis, pengemasannya yang rapi, dan komitmen petaninya yang menjaga kelestarian alam menjadikan madu Desa Batudulang dilirik banyak kalangan.
Terjaganya kepercayaan konsumen terhadap Madu Batudulang tidak lepas dari kekompakan dan kreativitas petani madu setempat yang dikenal dengan komunitas hutan lestari. Komunitas inilah yang menjadikan madu di desa Batudulang terpenuhi secara skala ekonomi.
“Permintaan madu terlalu besar. Makanya kita berinisiatif mendirikan komunitas ini agar hasil panen dikumpulkan dan diolah menjadi satu, sehingga skala produksinya menjadi besar,” jelas Junaidi, Ketua Komunitas Hutan Lestari Desa Batudulang, yang juga Sekretaris Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS), saat menerima para petani madu Desa Mataiyang, di tempatnya, Kamis (10/10).
Tak hanya madu, sambung Junaidi, komunitas Hutan Lestari juga memproduksi sarang lebah untuk diolah menjadi bahan utama kosmetik. Olahan ini telah memiliki pasar tetap di Bali dengan harga Rp 100 ribu per 800 gram. Sedangkan untuk madu, menurutnya, dijual dengan harga Rp 130 ribu per kilogram.
“Kalau sarangnya kita olah menjadi seperti lilin. 1 kilogram sarang bisa menghasilkan 800 gram lilin. Ini kita jual ke Bali untuk bahan utama kosmetik,” ungkapnya.
Terkait kualitas madu Desa Batudulang, tambahnya, semua sudah teruji, karena proses panen hingga pengemasan dilakukan dengan metode yang baik. Selain itu, lokasi Desa Batudulang jauh dari perkotaan sehingga bunga hutan yang dihinggapi lebah tidak terkontaminasi oleh polusi dan zat kimia.
“Apalagi madu ini kan dikelola oleh komunitas yang sudah terlatih dan sudah kita berikan pemahaman tentang panen madu yang baik. Peralatannya juga baik,” beber Junaidi.
Sementara itu, Trisman ST MP, Ketua Pokja PIID-PEL KSB, selaku pendamping petani madu, kepada media ini, menjelaskan, bahwa Studi banding dan pelatihan seperti ini merupakan kegiatan yang diadakan pihaknya, dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para petani madu Mataiyang.
“Dengan studi banding dan pelatihan seperti ini, diharapkan agar para petani madu Desa Mataiyang bisa melihat dan memperhatikan semua aspek yang ada di tempat mereka studi banding. Intinya, kegiatan ini dilakukan untuk membandingkan kondisi di tempat mereka dengan kondisi di tempat lain. Sehingga kemampuan para petani madu dalam memproduksi madu hutan bisa meningkat,” ulas Trisman.
Kedepan, kata Trisman, dengan seringnya studi banding, belajar, bertukar pengalaman dengan petani madu hutan di daerah lain, maka wawasan dan pengetahuan para petani madu di Mataiyang bisa bertambah. Sehingga secara otomatis akan mempengaruhi pola pikir dan kemampuan mereka.
“Target kami, kedepan, madu hutan Mataiyang bisa dinikmati oleh semua orang tanpa mengenal musim, dan desa ini bisa menjadi desa penghasil madu hutan terbaik. Sehingga kelestarian hutan mesti harus tetap dirawat dan terus dijaga, agar produksi madu hutan di desa ini tetap berlimpah dan berkualitas,” demikian Trisman. (adv/kdon)
About The Author
Trending di KOBARKSB.com
- 74“Desa Mataiyang Jadi Pilot Inkubasi Inovasi Desa” Brang Ene, KOBAR - Siapa yang tak kenal madu Sumbawa. Madu hutan berkualitas tinggi ini sangat digemari, karena khasiatnya yang sudah kesohor. Berdasarkan jenisnya, setidaknya ada dua asal madu Sumbawa, yakni, madu hutan dan madu budidaya. Desa Mataiyang, Kecamatan Brang Ene, adalah Desa…
- 35“Ratusan Hektar Areal Hutan Digarap” Brang Ene, KOBAR - Aktifitas penanaman dan pengembangan tanaman jabon dan sengon, serta pengembangan sapi, yang dilakukan PT Segarang Alam Lestari (PTSAL) di Lang Lepok, Desa Mujahiddin, Kecamatan Brang Ene, diprotes warga. Pasalnya, perusahaan tersebut dianggap tak pernah melaporkan rencana kehadirannya kepada Pemerintah Desa setempat. “Mereka…
- 31Aktivitas PT Segarang Alam Lestari (PTSAL) di Lang Lepok, Desa Mujahidin, Kecamatan Brang Ene, diprotes warga setempat. Pasalnya, perusahaan tersebut dianggap tidak pernah melaporkan rencana kehadirannya kepada Pemerintah setempat. PTSAL dituding telah beroperasi tanpa permisi, seperti disampaikan Agus Salim, Sekretaris Desa, Desa Mujahiddin, kepada awak media ini. Menurutnya, meski semua…
- 30Brang Ene – Meski menjadi daerah dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah di atas seratus persen setiap tahunnya, dengan APBD Rp 630 milyar lebih pada tahun 2011 lalu. Namun, ternyata masih terdapat perumahan guru yang tidak layak huni di daerah ini. Di salah satu desa yang hanya berjarak belasan kilometer dari…
Eksplorasi konten lain dari KOBARKSB.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.