Kaum spiritualis percaya bahwa ALAM ini adalah SAUDARA BESAR manusia. Istilah kerennya adalah Makrokosmos sedangkan manusia adalah Mikrokosmosnya. Hubungan keduanya adalah hubungan yang tak dapat dipisahkan, karena keduanya saling mempengaruhi, baik langsung maupun tidak langsung. Perbuatan-perbuatan manusia yang baik berpengaruh langsung pada Alam serta lingkungannya.
Sebaliknya jika manusia kerap berbuat hal-hal yang buruk dan keji maka Alam pun menjadi “murka”. Kemurkaan Alam tersebut dikarenakan banyaknya pengaruh kejahatan dan kekejian yang secara langsung maupun tidak langsung merusak tatanan alam. Ketamakan dan keserakahan manusia menjadikan manusia tiada peduli akan keseimbangan alam. Kebanyakan manusia hanya memikirkan keuntungan sebesar-besarnya dan mengeksploitasi alam tanpa batas.
Hanya memikirkan kepentingan ego pribadinya, golongan atau partainya. Akibatnya terjadilah apa yang disebut bencana alam, seperti kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, gempa dan gunung meletus.
Masih banyak orang yang menganggap bahwa bencana alam seperti itu tidak ada hubungannya dengan perbuatan manusia. Padahal dengan tegas dan lugas Allah SWT berfirman, “Telah tampak kerusakkan (al-fasad) di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia” (QS Al-Ruum [30] ayat 41).
Menurut al-Raghib, fasad mengandung arti “terjadinya ketidakseimbangan atau ketidak harmonisan” [Al-Raghib al-Isfahani : 379]
Al-fasad di dalam ayat tersebut menurut Allamah Thabathaba’i berkonotasi umum. [Thabathaba’i 16: 205-206]. Yaitu fasad yang mencakup semua bentuk kerusakan berupa hilangnya tatanan yang baik di dunia ini, baik yang dikaitkan dengan kehendak manusia maupun yang tidak. Misalnya gempa, kemarau, banjir, wabah penyakit, perang, perampokan dan segala bentuk yang mengganggu ketentraman kehidupan manusia.
Segala kejadian seperti itu termasuk peristiwa-peristiwa alam dianggap sebagai akibat ulah manusia. Baik langsung maupun tidak langsung manusialah yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi kejadian-kejadian seperti itu sebagai pertanda murka Allah terhadap manusia yang larut dalam kemungkaran. Sebagaimana penegasan al-Quran, “Andaikata kebenaran (al-haq) itu menuruti hawa nafsu mereka pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya” (QS 23 : 71).
Seandainya manusia menjadikan hawa nafsu sebagai tolok ukur kebenaran maka pastilah hancur binasa seluruh tatanan alam semesta ini. Sebaliknya al-Quran pun memandang bahwa keutuhan tatanan alam semesta ini pun berkaitan erat dengan ulah dan tingkah laku manusia. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS 7 : 96)
Imam Ja’far ash-Shadiq as juga mengatakan, “Tidaklah kesusahan, musibah dan penyakit yang menimpa seseorang melainkan karena dosa”. Karena itulah Allah SWT berfirman: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri” (QS 42 : 30) (Bihar al-Anwar 73 : 315). [*]
Trending di KOBARKSB.com
- 38
Secara geografis Sumbawa Barat terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan, dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana alam. Meningkatnya aktivitas pembangunan yang dibarengi dengan pengrusakan lingkungan, memicu meningkatnya…
- 37
Oleh : Iwan Setiawan, ST * Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu daerah dari sembilan Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak di ujung barat Pulau Sumbawa, pada posisi 1160 42’ sampai dengan 1180 22’ Bujur Timur dan 080 8’ sampai dengan 090 7’ Lintang Selatan serta…
- 36
Brang Ene, KOBAR - Bencana yang terus menerus terjadi telah menjadi alarm alam untuk mengingatkan manusia akan kematian. Belum kering duka akibat gempa Lombok dan Pulau Sumbawa, kemudian disusul oleh gempa dan tsunami Palu. Muncul lagi duka baru, yaitu tsunami Banten. Bencana demi bencana terjadi seolah-olah alam tengah menyampaikan pesan…
- 34
Peribahasa mengatakan, “Induk burung tidak akan bisa memberi makan anaknya kalau ia tidak terbang dari sarangnya“, “Busur panah tidak akan pernah mengenai sasarannya jika tidak dilepaskan dari busumya“. Maksudnya adalah bahwa kita harus keluar dari rumah, berusaha, berpikir, dan mengerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan rezeki Allah SWT. Karena Allah tidak…
- 30
Bashirah sama artinya dengan akal, kecerdikan, saksi, argumentasi, penjelasan, atau petunjuk. Menurut istilah tashawuf, arti bashirah adalah hati yang diterangi oleh sinar kepastian yang tersembunyi dan tidak tampak, yakni daya kalbu yang mempunyai kemampuan melihat hakikat sesuatu karena mendapat sinar dari nuur (cahaya ketuhanan). Daya yang demikian disebut pula dengan…
- 30
Setiap manusia dianugerahi potensi oleh Allah SWT. Namun nyatanya, tidak semua dapat mengaktualisasikan diri dengan baik. Sebagian beralasan keterbatasan nikmat menghambat mereka untuk lebih berprestasi. Atau, kemiskinan menghambat untuk beribadah lebih khusyuk kepada Allah SWT. Rasulullah SAW hidup dengan berbagai keterbatasan. Di usianya yang masih kanak-kanak, Rasulullah SAW sudah harus kehilangan…