Brang Ene, KOBAR – Bencana yang terus menerus terjadi telah menjadi alarm alam untuk mengingatkan manusia akan kematian. Belum kering duka akibat gempa Lombok dan Pulau Sumbawa, kemudian disusul oleh gempa dan tsunami Palu. Muncul lagi duka baru, yaitu tsunami Banten. Bencana demi bencana terjadi seolah-olah alam tengah menyampaikan pesan berantai yang tidak seorangpun tahu akan berakhir di mana.
Seorang praktisi pendidikan, Ely Sugara SPd, menjelaskan, misalnya saja gempa bumi. Ilmu Fisika telah menemukan jawaban penyebab gempa terjadi, yakni disebabkan adanya pergeseran lempeng bumi. Jawaban tersebut menyisakan pertanyaan baru, kenapa lempeng bumi bisa mengalami pergeseran?, jawabannya yakni, bergesernya lempeng bumi disebabkan rotasi inti bumi berkebalikan dengan rotasi permukaan bumi. Lantas, apakah jawaban ini final dan memuaskan?.
“Tidak. Jawaban-jawaban itu akan memproduksi pertanyaan-pertanyaan baru yang tidak berkesudahan. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim tentu kita menyikapi beragam bencana yang terjadi secara benar, yaitu menjadikan syariat sebagai landasan berfikir (qoidah fikriyah),” jelas Ely kepada awak media ini.
Secara umum, ada 2 macam musibah atau bencana, pertama musibah yang disebabkan oleh faktor alam yang merupakan sunnatullah atau qodho (ketentuan) Allah SWT yang impossible untuk ditolak. Misalnya gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan lain-lain yang semestinya disikapi dengan sikap ridho dan sabar. Bagi kaum muslimin, qodho ini merupakan ujian dari Allah SWT.
“Untuk itu, musibah yang menimpa kaum muslimin atau kita semua bisa saja cara Allah mendelete dosa-dosa kita, dimana Rasulullah juga menyampaiakan bahwa tidaklah seorang muslim tertimpa musibah hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus dosa-dosanya,” imbuhnya.
Kemudian ada musibah yang disebabkan oleh berbagai kemaksiatan manusia dan pelanggarannya terhadap syariat Allah. Sebagaimana firman Allah SWT, “Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka itu agar mereka kembali ke jalan-Nya. (QS. Ar-Rum 30: 41).”
Kembali ia menjelaskan, Kedua macam musibah bencana ini menuntut adanya mitigasi berdasarkan jenisnya. Mitigasi Bencana jenis pertama, ialah dengan optimalisasi Sumber Daya Manusia di bidangnya dan aplikasi Produk Tekhnologi Pendekteksi Bencana, misal Tsunami yang pada umumnya diawali dengan gempa bumi sudah semestinya membuat pemerintah khawatir akan keselamatan jiwa warga negaranya yang bisa jadi memakan korban massal sehingga perlu mengaplikasikan alat pendeteksi tsunami yang krusial dan urgen. Sayangnya, pemerintah tidak serius dalam upaya mitigasi bencana ini, buktinya musibah yang baru-baru ini di selat sunda terjadi tanpa adanya peringatan.
“Lantas apakah tidak adanya peringatan itu mengindikasikan bahwa alat pendeteksi tsunaminya tidak ada atau tidak berfungsi?. Harusnya bencana tsunami sebelumnya sudah menjadi pelajaran besar bagi pemerintah karena mitigasi bencana merupakan bagian dari tanggung jawab penguasa untuk melindungi rakyat yang diwajibkan oleh Islam,” pungkasnya. (kdon)
About The Author
Trending di KOBARKSB.com
- 39Oleh : Iwan Setiawan, ST * Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu daerah dari sembilan Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak di ujung barat Pulau Sumbawa, pada posisi 1160 42’ sampai dengan 1180 22’ Bujur Timur dan 080 8’ sampai dengan 090 7’ Lintang Selatan serta…
- 36Kaum spiritualis percaya bahwa ALAM ini adalah SAUDARA BESAR manusia. Istilah kerennya adalah Makrokosmos sedangkan manusia adalah Mikrokosmosnya. Hubungan keduanya adalah hubungan yang tak dapat dipisahkan, karena keduanya saling mempengaruhi, baik langsung maupun tidak langsung. Perbuatan-perbuatan manusia yang baik berpengaruh langsung pada Alam serta lingkungannya. Sebaliknya jika manusia kerap berbuat…
Eksplorasi konten lain dari KOBARKSB.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.