Dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita bersua orang-orang yang banyak ilmu tetapi kurang sekali mengamalkannya. Penampilan dan gayanya jauh dengan ilmu yang dimilikinya.
Mereka hanya pandai bicara, tetapi lain di mulut dan lain pula di hatinya. Mulutnya manis seperti madu, tetapi hatinya busuk seperti bangkai. Mereka pandai menanam tebu di bibir, menyembunyikan yang sebenarnya.
Mereka menyuruh orang lain untuk berbuat kebajikan, tetapi dirinya bergelimang dalam dosa besar. Kadang-kadang mereka menguatkan bicaranya dengan dalil-dalil dari Alquran dan hadits untuk meyakinkan orang, padahal dia melanggarnya diam-diam. Misalnya, mereka bilang menyimpang uang di bank haram dan riba hukumnya, tetapi diam-diam dia juga berurusan dengan bank yang dikatakan riba itu.
Mungkin juga ia seorang penceramah, ia menyuruh orang supaya banyak bersedekah, ternyata dia tak pernah bersedekah. Ia menyuruh istri dan gadis orang berjilbab, padahal isterinya dan gadisnya tidak berjilbab. Mungkin juga ia seorang pejabat yang menyuruh masyarakat supaya berhemat, ternyata dia menghambur-hamburkan uang secara mubazir.
Kepada orang-orang yang tidak sesuai perkataan dengan perbuatan inilah Allah menyeru: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Kabura maqtan indallah (Amat besar kemurkaan di sisi Allah), bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan (QS. Ash-Shaff:2-3).
Selain itu, Allah juga mengutuk cendekiawan yang menyembunyikan ilmu Alquran, tidak mau mengajarkan kepada orang lain. “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang dapat melaknatinya. (QS. al-Baqarah:159).
Menurut ramalan Rasulullah dalam beberapa haditsnya, akan datang suatu masa akan lahir manusia-manusia yang hanya pandai berkata tetapi tidak berbuat, banyak ilmunya tetapi tidak mau mengerjakannya.
Mereka akan menggunakan agama untuk mencari makan, bukan untuk mengharapkan pahala di sisi Allah. Alangkah meruginya mereka itu, tetapi begitulah yang mereka pilih. Menurut hadits riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah, manusia yang tidak mengamalkan ilmunya, hari akhirat nanti, jangankan masuk surga, bau harum surga saja tidak sempat mereka cium. ***
About The Author
Eksplorasi konten lain dari KOBARKSB.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.