Brigjen Polisi Kaharoeddin diangkat menjadi Gubernur Pertama Sumatera Barat tahun 1958. Mantan Komandan Polisi Sumatera Tengah ini tetap mempertahankan gaya hidup sederhana dan anti korupsi.
Ceritanya, seorang rekanan Pemprov datang berkunjung ke kantor Kaharoeddin. Setelah berbasa-basi, pengusaha itu pulang dengan meninggalkan sebuah kotak roti. Setelah diperiksa, ternyata isinya uang. Kaharoeddin terkejut. Dia segera memanggil ajudannya.
“Kembalikan uang ini pada pengusaha yang menemui saya tadi. Bilang kalau mau menyumbang bukan sama gubernur, tapi ke jawatan sosial,” kata Kaharoeddin tegas. Demikian dikutip dalam buku Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Datuk Rangkayo Basa, Gubernur di Tengah Pergolakan, terbitan Pustaka Sinar Harapan tahun 1998.
Ajudannya melongo melihat kejujuran bosnya. Dia pun segera berlari menjalankan apa yang diperintahkan Kaharoeddin.
Bukan ini saja keengganan Kaharoeddin berurusan dengan pengusaha dan suap. Saat anaknya menikah, Kaharoeddin tak mau menggunakan fasilitas gubernuran. Dia tegas membedakan mana fasilitas dinas dan mana keperluan pribadi.
“Yang paling buat saya bengong adalah ketika salah satu anaknya menikah, beliau menolak menggunakan fasilitas gubernuran. Beliau alergi menggunakan fasilitas jabatan untuk kepentingan pribadi. Anak-anaknya pun tak ada yang boleh naik mobil dinas,” kata cucu Kaharoeddin, Aswil Nasir, saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Kaharoeddin pun meminta agar tak ada pengusaha yang diundang dalam pernikahan anaknya. Kaharoeddin tahu, celah-celah seperti ini akan dimanfaatkan para pengusaha untuk mendekati dirinya.
Sejak jadi pejabat polisi, Kaharoeddin melarang polisi berpakaian dinas nongkrong di kafe atau restoran serta tempat-tempat umum. Menurutnya baju dinas ya untuk dinas, bukan untuk bertemu seseorang di restoran. Menurut Kaharoeddin, hal ini bisa disalahgunakan.
Karena itu pula Mariah, istri Kaharoeddin, berkisah dirinya sering mengantarkan makan siang untuk makanan suaminya di kantor. Walau sudah menjadi istri gubernur, Mariah tetap mencucikan pakaian dan memasak untuk suaminya.
Hingga akhir hayatnya, Kaharoeddin tak punya rumah pribadi. Karena kejujuran dan kesederhanaannya, Kaharoeddin yang menjabat Gubernur Sumbar selama 7 tahun ini tak punya cukup uang untuk beli rumah. [mc]
About The Author
Trending di KOBARKSB.com
- 31Taliwang, KOBAR - Bupati Sumbawa Barat, Dr Ir H W Musyafirin MM, dalam suatu kesempatan menyebutkan bahwa pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar (SPM-Dikdas) harus dapat dituntaskan di tahun 2017 ini. Untuk memenuhinya, kembali akan digelontorkan anggaran sekitar Rp 24 miliar dari kantong APBD-P. "Sebelumnya kita telah mengintervensi pemenuhan SPM-Dikdas ini …